menuju muzdalifah

Pada sesi ini Menuju Muzdalifah, setelah Maghrib pada hari ke-9 di bulan haji, jamaah haji memasuki Muzdalifah dalam perjalanan spiritual mereka. Pada sesi sebelumnya Kita sudah membahas tentang Wukuf di Arofah. Merujuk pada aturan pemerintah IHWUMALOTOSAKUR. IH-nya ihrom, WU-nya wukuf, MA-nya mabit di mina, LO-nya lontar jumroh, TO-nya thowaf, SA-nya sai, dan KUR yang artinya cukur, urutan ini menggambarkan serangkaian ritual suci yang wajib dilakukan oleh setiap jamaah haji.

Menuju Muzdalifah Setelah Maghrib Pemerintah bertanggung jawab untuk mengangkut jamaah haji dari Mina menuju ke Muzdalifah setelah Maghrib. Setibanya di Muzdalifah, ibadah Maghrib dan Isya dilakukan secara jamak tanpa mengqashar. Namun, mengapa Rasulullah melakukan ibadah ini secara jamak? Hal ini tidak berkaitan dengan bepergian, melainkan dengan nusuk. Sebagai contoh, ketika perjalanan dari Arafah menuju Muzdalifah, disarankan untuk sering membaca zikir dan Talbiyah, terutama Talbiyah yang masih berlaku. Begitu bergemuruhnya bunyi Talbiyah tersebut, kulit kita sering kali merinding.

Membaca Istighfar dan Bermalam di Muzdalifah Selama berada di Muzdalifah, disarankan untuk banyak membaca istighfar untuk memohon ampunan dari Allah. Istighfar sebaiknya dibaca sebanyak-banyaknya. Di samping itu, para jamaah haji disunahkan untuk bermalam di Muzdalifah. Namun, bermalam di sini tidak berarti harus sampai subuh. Jika sudah lewat tengah malam, misalnya jam 12 lebih 5 atau 10 menit, maka itu dianggap sebagai perbuatan bermalam, meskipun sebenarnya waktu maghrib sudah lewat. Setelah bermalam di Muzdalifah, para jamaah haji biasanya mengambil tujuh batu kerikil sebagai persiapan untuk melempar Jumrah di Mina pada tanggal 10 haji.

Perlu Diketahui: Mengambil Batu Kerikil di Muzdalifah Mengambil tujuh batu kerikil di Muzdalifah adalah sunnah Rasulullah SAW. Tetapi, pengambilan 70 batu kerikil sebenarnya bukan merupakan sunnah Rasulullah. Para jamaah cenderung mengambil lebih banyak kerikil agar tidak kehabisan di Mina. Biasanya, para jamaah mengambil sekitar 75 hingga 80 kerikil, termasuk satu sebagai cadangan jika ada yang tertinggal. Setelah itu, dari Arafah, para jamaah haji melanjutkan perjalanan menuju Muzdalifah pada tengah malam dan kemudian diangkut menuju Mina sebagai tempat berikutnya.

Rukun Haji dan Wajib Haji Penting untuk diketahui perbedaan antara rukun haji dan wajib haji. Rukun haji, seperti yang dilakukan di Arafah, harus dilakukan oleh setiap jamaah haji. Jika rukun haji ditinggalkan, maka haji dianggap tidak sah dan tidak bisa diganti dengan Dam. Sementara itu, wajib haji harus dilakukan tetapi jika ditinggalkan, haji tetap sah tapi harus diganti dengan Dam.

Di samping itu, kami menyadari betapa pentingnya menjalani ritual haji sesuai dengan tuntutan dan keutamaannya. Pada sesi ke-32 di Muzdalifah, para jamaah haji diberikan kesempatan untuk meningkatkan ketakwaan dan mendekatkan diri kepada Allah melalui ibadah-ibadah yang telah ditetapkan. Bacaan zikir, Talbiyah, dan istighfar menjadi sarana untuk mencapai tujuan tersebut.

Terlebih lagi, pengambilan batu kerikil di Muzdalifah mungkin tidak seyogyanya menjadi sunnah Rasulullah, namun dipahami bahwa para jamaah melakukannya agar memiliki cadangan sehingga tidak kehabisan di Mina. Hal ini menunjukkan kesadaran dan keinginan mereka untuk melaksanakan semua ibadah haji dengan sempurna.

Kesimpulan

Dalam perjalanan haji, setiap sesi memiliki keunikan dan tuntutan ibadah tersendiri. Pergeseran dari Arafah menuju Muzdalifah pada sesi ke-32 haji membawa para jamaah haji menuju pengalaman yang lebih mendalam dengan Tuhan. Ritual-ritual di Muzdalifah seperti membaca zikir, Talbiyah, dan istighfar menjadi sarana untuk mencapai makna yang lebih dalam dalam menjalani misi suci ini.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Leave A Reply