Pada kesempatan kali ini kita akan membahas perjalanan menuju mina. Setelah sebelumnya kita telah membahas menuju muzdalifah. Hari ini, pada tanggal 10 Dzulhijjah, umat Muslim dari seluruh dunia berkumpul di Mina untuk melaksanakan amalan melempar jumroh aqabah. Dalam kesempatan yang berharga ini, ada beberapa hal penting yang perlu kami sampaikan kepada Anda.

Mengenai tempat menginap
Jika kita bermalam di Muzdalifah dan berangkat pagi, kita bisa langsung menuju Jumrotul Aqabah untuk melempar jumroh sebanyak 7 kali. Namun, jika kita tidak bermalam di Muzdalifah, kita bisa langsung menuju Jumrotul Aqabah. Namun demikian, ini adalah pandangan dari mazhab Imam Syafi’i. Meskipun memungkinkan untuk melempar jumroh malam itu juga, ada konsekuensi hukum tersendiri, dan tidak disarankan karena kita harus berangkat sendiri, tanpa ditemani oleh rombongan.

Pentingnya membaca Talbiyah
Selama perjalanan dari Muzdalifah menuju Mina, sangat dianjurkan untuk membaca Talbiyah yang berulang-ulang. Namun, setelah melempar Jumrotul Aqabah, bacaan Talbiyah tidak lagi disunatkan. Bacaan Talbiyah kemudian digantikan oleh bacaan Takbir. Namun, perlu diketahui, masih ada beberapa jemaah yang tanpa sadar membaca Talbiyah pada tanggal 11 dan 12. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui perbedaannya agar tidak melakukan kesalahan.

Cara melempar jumroh yang benar
Melempar jumroh memiliki cara yang tepat agar amalan ini sah. Pertama, kita harus melemparnya dari depan atau samping, dan bukan dari belakang. Karena terkadang ada jamaah yang salah mengambil batu dari arah belakang. Kedua, kita harus melempar jumroh sebanyak 7 kali dan semua lemparan harus tepat sasaran. Yang perlu dipahami adalah, tujuan melempar adalah bukan temboknya, melainkan untuk melambangkan jarak yang jauh dengan setan. Jadi, penting untuk meyakinkan bahwa lemparan kita masuk ke dalam sumur yang disediakan. Jika lemparan tidak masuk ke dalam sumur, maka lemparan ini tidak sah. Oleh karena itu, penting untuk mendekati sumur sebelum melempar, agar kita yakin bahwa setiap lemparan tepat sasaran.

Batas-batas dalam melempar jumroh
Dalam melempar jumroh, hanya boleh menggunakan kerikil sebagai batu lemparan. Tidak diperbolehkan melempar dengan benda lain selain kerikil. Terkadang, kita melihat jemaah India dan Pakistan yang melempar jumroh dengan sandal mereka. Ini dikarenakan keyakinan mereka bahwa setan dan iblis berada di sandal tersebut. Namun, menurut ajaran Islam, hanya kerikil yang diperbolehkan. Selain itu, cara mengangkat tangan juga penting. Ketika melempar, tangan harus diangkat sehingga ketiak terlihat. Hal ini penting untuk memastikan bahwa kita melempar dengan cara yang benar.

Mewakilkan amalan melempar jumroh
Bagi mereka yang sudah tidak mampu secara fisik, atau orang yang memiliki kondisi tertentu, dapat mewakilkan amalan melempar jumroh kepada jamaah lain. Caranya adalah jamaah yang diwakilkan akan melempar jumroh atas nama orang tersebut terlebih dahulu, lalu menyusul dengan melempar atas nama dirinya sendiri. Selengkapnya, setelah melempar jumroh pada tanggal 10, kita sudah diperbolehkan untuk melakukan tahalul awal, yaitu memotong rambut sebagai tanda bahwa larangan-larangan ihram sudah tidak berlaku, kecuali berhubungan badan dengan istri.

PENUTUP:
Dengan selesainya melempar Jumrotul Aqabah pada tanggal 10, kita sudah bisa melakukan tahalul awal sebagai tanda bahwa kita sudah resmi keluar dari status ihram. Semua larangan-larangan yang ada dalam ihram sudah tidak berlaku lagi, kecuali hubungan badan dengan istri. Semoga penjelasan mengenai amalan melempar jumroh ini bermanfaat bagi Anda. Selain itu, kami selaku pimpinan Arsaka Cabang Bangkalan dan Surabaya berkomitmen untuk memberikan pelayanan terbaik kepada Anda, tamu Allah yang berharga. Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Leave A Reply